Cersex!! - Sumiah Pembantu Ku Yang Masih Perawan

Cersex!! - Sumiah Pembantu Ku Yang Masih Perawan

Cerita ini terjadi pada tahun 2018, bermula ketika aku kembali kantor pukul 14:00, jauh lebih cepat dari biasanya yang pukul 19:00. Anakku seringkali pulang dengan ibunya pukul 18:30, dari lokasi tinggal neneknya. Seperti biasanya, aku langsung mengubah celanaku dengan sarung kegemaranku yang tipis namun adem, tanpa celana dalam. Pada ketika aku keluar kamar, nampak Sumiah sedang menyiapkan minuman untukku, segelas besar es teh manis.

Ketika dia akan menyerahkan padaku, tiba-tiba dia tersandung karpet di depan sofa dimana aku duduk sambil membaca koran, gelas terlempar ke tempatku, dan dia terjatuh tepat dipangkuanku, kepalanya membentur kemaluanku yang bersarung tipis. Spontan aku meringis kesakitan dengan badan yang telah basah kuyup tersiram es teh manis, dia bangun mencuci gelas yang jatuh sambil memohon maaf yang tidak ada henti-hentinya. Pada kejadian inilah cerita bokep ku berawal.


Semula aku bakal marah, namun menyaksikan wajahnya yang lugu aku jadi kasihan, sambil aku memegangi kemaluanku aku berkata, “Sudahlah nggak pa-pa, cuman iniku jadi pegel”, sambil menunjuk kemaluanku.
“Sum mesti gimana Pak?” tanyanya lugu.
Aku berdiri sambil berganti kaos oblong.
“Ini musti diurut nih!” sambil iseng aku menjawabnya.
“Ya, Pak nanti saya urut, namun Sum bersihin ini dulu Pak!” jawabnya.

Aku langsung masuk kamar, perasaanku saat tersebut kaget bercampur senang, sebab mendengar jawaban pembantuku yang tidak disangka-sangka. Tidak lama dia mengetuk pintu.

“Pak, Mana Pak yang mesti Sum urut..” Aku langsung rebah dan membuka sarung tipisku, dengan kemaluanku yang masih lemas menggelantung. Sum mendekat pinggir lokasi tidur dan duduk.

“Pake, rhemason apa balsam Pak?” tanyanya.
“Jangan.. pake tangan aja, ntar dapat panas!” jawabku.

Lalu dia meraih batang kemaluanku perlahan-lahan, sesaat kemaluanku bergerak tegang, saat dia menggenggamnya.


“Pak, kok jadi besar?” tanyanya kaget.
“Wah tersebut bengkaknya harus cepet-cepet diurut. Kasih ludahmu aja biar nggak seret”, kataku.
Dengan tenang wajahnya mendekati kemaluanku, diludahinya ujung kemaluanku.
“Ah.. kurang banyak”, bisikku bernafsu.
Kemudian kuangkat pantatku, hingga ujung kemaluanku menyentuh bibirnya,
“Dimasukin aja ke mulutmu, biar nggak cape ngurut!” perintahku seenaknya.

Perlahan dia memasukkan kemaluanku, kepalanya kutuntun naik turun, tadinya kemaluanku kena giginya terus, namun lama-lama barangkali dia terbiasa dengan irama dan tusukanku. Aku merasa nikmat sekali.

“Akh.. uh.. uh.. hah..” Kulumannya semakin nikmat.
Saat aku mau nembak aku bilang kepadanya, “Sum nanti bila aku keluar, tidak boleh dimuntahin ya, telan aja, sebab tersebut obat bikin kesehatan, bagus sekali bikin kamu”, bisikku.
“Hepp.. ehm.. HPp”, jawabnya seraya melirikku dan terus mengulum naik turun.
Akhirnya kumuncratkan seluruh air maniku.
“Akh.. akh.. akh.. Sum.. Sum.. enakhh..” Pada ketika aku menyemprotkan air maniku, dia diam tidak bergerak, wajahnya meringis menikmati cairan asing mengairi kerongkongannya, aku sengaja menuntun kepalanya supaya tetap tidak melepas kulumannya.
Sumiah Yang Masih Perawan.

Setelah aku lemas baru dia mencungkil kulumannya.
“Udah Pak?, apa masih sakit Pak?” tanyanya lugu, dengan wajah yang memelas, bibirnya yang basah memerah, dan tidak banyak berkeringat. Aku tertegun memandang Sum yang begitu menggairahkan ketika itu, aku duduk menghampirinya, “Sum anda capek ya, apa anda mau tahu bila kamu diurut pun kamu dapat seger kayak Bapak sekarang!”

“Nggak Pak, saya nggak capek, apa bener sih Pak kalo diurut kayak tadi, bisa buat seger? tanyanya semakin penasaran.

Aku menjawab dengan anggukan dan sambil meraih pundaknya kucium keningnya, kemudian turun ke bibirnya yang basah dan merah, dia tidak meronta pun tidak membalas. Aku menikmati keringat dinginnya mulai keluar, saat aku mulai membuka kancing bajunya satu persatu, sama sekali dia tidak berontak sampai tinggal celana dalam dan Bh-nya saja.

“Pak, Sum malu Pak, nanti kalo Ibu dateng gimana Pak?” tanyanya takut.
“Lho Ibu kan baru nanti jam enam, sekarang baru jam tiga, jadi kamu tetap bisa buat seger badan”, jawabku sarat nafsu.
Lalu seluruh kubuka tanpa penutup, begitu pun aku, kemaluanku telah mulai berdiri lagi. Dia kurebahkan ditempat tidur, kemudian aku berjongkok di depan dengkulnya yang masih tertutup rapat.
“Buka pelan-pelan ya, nggak pa-pa kok, aku cuma inginkan urut punya kamu”, kataku meyakinkan, kemudian dia mulai membuka pangkal pahanya, putih, bersih dan paling sedikit bulunya yang mengitari liang kewanitaannya, hampir botak.

Dengan ketidaksabaranku, aku langsung menjilat bibir luar kewanitaannya, tanpa ampun aku jilat, sesekali aku sodokkan lidahku ke dalam, “Akh.. Pak geli.. akh.. akuhhfh..” Klitorisnya basah mengkilat, berwarna merah jambu. Aku hisap, kira-kira 5 menit kulumat liang kewanitaannya, kemudian dia berteriak sambil menggeliat dan mengapit kepalaku dengan pahanya serta matanya terpejam. “Akh.. akh.. uahh..” teriakan panjang disertai mengalirnya cairan dari dalam liang kewanitaannya yang langsung kujilati hingga bersih. Baca Juga : 


“Gimana Sum, enak?” tanyaku nakal. Dia mengangguk seraya menggigit bibir, matanya basah kutahu dia masih takut. “Nah sekarang, bila kamu telah ngerti enak, kamu coba lagi ya, kamu nggak usah takut!”. Kuhampiri bibirnya, kulumat bibirnya, dia mulai menyerahkan reaksi, kuraba buah dadanya yang kecil, kemudian kuhisap-hisap puting susunya, dia menggelinjang, lama kucumbui dia, sampai dia merasa rileks dan mulai memberi reaksi untuk atas cumbuanku, kemaluanku telah tegang.

Kemudian kuraba liang kewanitaannya yang ternyata telah berlendir dan basah, peluang ini tidak kusia-siakan, kutancapkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya, dia berteriak kecil, “Aauu.. sakit Pak!”. Lalu dengan perlahan kutusukkan lagi, sempit memang, “Akhh.. uuf sakit Pak..”. Melihat wajahnya yang melulu meringis dengan bibir basah.

Kuteruskan tusukanku sambil berkata, “Ini nggak bakal lama sakitnya, nanti lebih enak dari yang tadi, sakitnya tidak boleh dirasain..” tanpa menunggu jawabnya kutancapkan kemaluanku, meskipun dia meronta kesakitan, pada ketika kemaluanku tenggelam di dalam liang surganya kulihat matanya berair (mungkin menangis) namun aku tidak memikirkannya lagi, aku mulai melayangkan semua nafsuku.

Hanya selama 7 menit dia tidak ada reaksi, tetapi setelah itu aku menikmati denyutan di dalam liang kewanitaannya, kehangatan cairan liang kewanitaannya dan erangan kecil dari bibirnya. Aku tahu dia akan menjangkau klimaks, saat dia mulai menggoyangkan pantatnya, seolah menolong kemaluanku memompa tubuhnya. Tak lama kemudian, tangannya merangkul erat leherku, kakinya mengapit pinggangku, pantatnya naik turun, matanya terpejam, bibirnya digigit seraya mengerang.

“Pak.. Pak terus.. Pak.. Sum.. Summ..Sum.. daapet enaakhh Pak.. ahh..” mendengar erangan seperti tersebut aku kian bernafsu, kupompa dia lebih cepat dan.. “Sum.. akh.. akh.. akh..” kusemprotkan seluruh maniku dalam liang kewanitaannya, seraya kupandangi wajahnya yang lemas. Aku lemas, dia juga lemas.

“Sum aku nikmat sekali, berakhir ini anda mandi ya, terus beresin tempat tidur ini ya!”, suruhku di tengah kesenangan yang kurasakan.
“Ya Pak”, jawabnya singkat seraya mengenakan pakaiannya kembali.

Ketika dia mau keluar kamar guna mandi dia berbalik dan bertanya, “Pak.. kalo kembali siang kayak gini telpon dulu ya Pak, biar Sum dapat mandi dulu, terus dapat ngurutin Bapak lagi”, aku masih tertegun dengan omongannya barusan, sambil menoleh ke sprei yang ada bercak darah perawan Sum.

Saat ini Sum masih bekerja di rumahku dan cerita ku dengan Sumiah masih tetap berjalan. Sekitar 2 hari menjelang menstruasi (datang bulannya paling teratur), aku kembali lebih cepat untuk bercumbu dengan pembantuku, namun nyaris setiap hari di pagi hari sekitar pukul 5, kemaluanku tidak jarang kali diisapnya ketika dia mencuci di ruang cuci, pada saat tersebut isteriku dan anak-anakku belum bangun.



Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel